Bell’s
Palsy
Kasus:
Seorang laki-laki
berusia 44 tahun datang ke praktik dokter dengan keluhan air keluar dari sudut
mulut kanan saat minum.
Keluhan ini telah
dialami pasien selama 2 hari yang terjadi secara tiba-tiba saat pasien sarapan
pagi. Dijumpai keluhan mulut mencong ke kiri saat tersenyum dan kelopak mata
kanan tidak dapat menutup rapat saat memejamkan mata. Tidak dijumpai riwayat
nyeri kepala, muntah, kejang, dan demam. Tidak dijumpai riwayat cedera kepala.
Tiga hari sebelum munculnya keluhan, pasien sering mengendarai sepeda motor
keluar kota.
Dari pemeriksaan klinis dijumpai tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80x/ment, pernafasan 20x/menit, suhu 36,8C. Pada pemeriksaan neurologis dijumpai sudut mult tertarik ke kirir, tidak ada kerut kening di sisi kanandan dijumpai lagophtalmus kanan. Pemeriksaan motoric ekstremitas dan sensibilitas wajah dan badan dalam batas normal.
Dari pemeriksaan klinis dijumpai tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80x/ment, pernafasan 20x/menit, suhu 36,8C. Pada pemeriksaan neurologis dijumpai sudut mult tertarik ke kirir, tidak ada kerut kening di sisi kanandan dijumpai lagophtalmus kanan. Pemeriksaan motoric ekstremitas dan sensibilitas wajah dan badan dalam batas normal.
Learning
Issues
Serabut
saraf dari korteks motorik primer yang berada pada gyrus precentralis menuju ke kapsula intana (bangunan
antara thalamus dan ganglia basalis)
Mesensefalon Pons (tempat keluarnya nervus facialis) Impuls akan diteruskan dari nervus facialis (motorik wajah).
Nervus
facialis:
·
Nervus
temporalis
·
Nervus zigomaticus
·
Nervus mandibular
·
Nervus colli
Kontraksi otot wajah:
Asetilkolin
yang dibebaskan oleh akson neuron motoric berikatan dengan reseptor di saluran
motor end palate Potensial aksi
di tubulus transver Melepaskan Ca2+
dari reticulum endoplasma Akson
mengikat troponin Tropomiosin. Troponin bergeser ke
samping Jembatan silang myosin akan
berikatan dengan aktin Sarkomer
memendek Kontraksi
Letak
Lesi yang Menyebabkan Kelumpuhan pada Wajah
Lokasi Lesi
|
Prosedur Topodiagnostik
|
Penyebab Lesi
|
Dunferior area nuclear di dalam
truncus encepali
|
MRI, CT, Uji Schinner (uji fungsional
bagi kelenjar lakrimal)
|
Neurinoma alasstikus
|
Setelah nervus petrosus major
dipercabangkan
|
Uji refleks stapedius
|
Otitis media
|
Setelah chorda tympani keluar
dipercabangkan
|
Gustrometri (uji persepsi) pengecapan
|
Otitis media
|
Setelah berjalan melintasi foramen
stylomastoideum
|
Uji fungsi motoric wajah
|
Tumor parotid maligna
|
Perbedaan
Lowor Motor Neuron dan Upper Motor Neuron pada Wajah
1.
Jarak
motoric dari otak medulla
spinalis dan dari serebrum batang
otak dibentuk oleh UMN
2.
LMN menerima impuls di bagian post dan
berjalan menuju sambungan mioneural, berakhir di otot.
Ciri
klinik:
1.
UMN: Kehilangan control volunter,
peningkatan tonus otot, spastisitas otot, tidak ada atropi otot, refleks
hiperaktif dan abnormal
2.
LMN: Kehilangan control volunter,
penurunan tonus otot, paralysis flaksid otot, atopi otot, tidak ada penurunan
refleks
Kelumpuhan UMN (
hemiparesis, hemiplegia, hemiparalisis)
Hemiplegia (kerusakan yang menyeluruh tetapi belum mengenai semua neuron, menimbulkan kelumpuhan pada belahan tubuh kontralateral) akibat hemilesi di korteks motoric primer. Seperti otot-otot wajah, pengunyah dan penelan (dengan atau tanpa kelumpuhan otot leher). Pada tahap pertama hemiparesis karena lesi kortikal sesisi mengakibatkan otot wajah diatas fissure palpebra masih normal, dan lida (deviasi ke sisi yang lumpuh.
Hemiplegigia akbat hemilesi di kapsula intana yaitu gerakan otot wajah sewaktu berpidato yang mengekspresikan unsur emosional, seperti ekspresi wajah hilang.
Hemiplegia alternans yaitu kerusakan unilateral pada jaras kortikobulbar/kortkospinal di tingkat batang otak
Hemiplegia (kerusakan yang menyeluruh tetapi belum mengenai semua neuron, menimbulkan kelumpuhan pada belahan tubuh kontralateral) akibat hemilesi di korteks motoric primer. Seperti otot-otot wajah, pengunyah dan penelan (dengan atau tanpa kelumpuhan otot leher). Pada tahap pertama hemiparesis karena lesi kortikal sesisi mengakibatkan otot wajah diatas fissure palpebra masih normal, dan lida (deviasi ke sisi yang lumpuh.
Hemiplegigia akbat hemilesi di kapsula intana yaitu gerakan otot wajah sewaktu berpidato yang mengekspresikan unsur emosional, seperti ekspresi wajah hilang.
Hemiplegia alternans yaitu kerusakan unilateral pada jaras kortikobulbar/kortkospinal di tingkat batang otak
a. Pada
mesencephalon: kelumpuhan pada nervus III, paralisis otot penggerak bola mata:
m. rektus medialis, m. rektus superior, m. obliqus inferior, m. levator
palpebral superior. Menyebabkan strabismus divergen, diplopia
b. Pada
pons: kelumpuhan nervus VI dan nervus VII
Kelumpuhan pada LMN
1.
Sindrom lesi di kornu anterior: nyeri
muscular
2.
Sindrom lesi yang selektif merusak
motorneuron dan jaras kortikospinal
a. Lidah
dan otot penelan lumpuh secara bilateral
b. Atropi
dan fasikulasi lidah terlihat jelas
c. Refleks
masseter meningkat
3.
Kelumpuhan akibat kerusakan pada seluruh
radiks ventralis: otot kedua lengan, otot penelan.
Definisi
Bell’s Palsy
Bell’s palsy:
Paralisis fasialis idiopatik, merupakan penyebab tersering dari paralisis
fasialis unilateral. Kejadian akut unilateral, paralisis saraf tipe LMN
(perifer) yang secara gradual mengalami perbaikan pada 80-90% kasus.
Etiologi
Bell’s Palsy
1.
Penyebab tersering: HSV (Herpes Simplex
Virus) & HSV II
2.
Infeksi: Herpes zoster, penyakit lyme,
sifilis, virus epstein-barr, cytomegalovirus, HIV, mycoplasma
3.
Penyakit mikrovaskuler: DM &
hipertensi
Faktor
Risiko
1.
Keadaan paparan dingin (angina dingin,
AC, ata mengemudi dengan jendela mobil yang turun)
2.
Terpapar hembusan angina yang lama
Klasifikasi
Sistem grading oleh
House and Brackmann dengan skala I sampai VI
2.
Grade II: disfungsi ringan, dengan
karakteristik:
a. Kelemahan
ringan saat di inspeksi mendetail
b. Sinkinesis
ringan dapat terjadi
c. Simetris
normal saat istirahat
d. Gerakan
dahi sedikit sampai baik
e. Menutup
mata sempurna dapat dilakukan dengan sedikit usaha
f. Sedikit
asimetris mulut dapat ditemukan
3.
Grade III: disfungsi moderat, dengan
karakteristik:
a. Asimetris
kedua sisi terlihat jelas, kelemahan minimal
b. Adanya
sinkinesis, kontrafrakturatau spasma hemifasial dapat ditemukan
c. Simetris
normal saat istirahat
d. Gerakan
dahi sedikit sampai moderat
e. Menutup
mata sempurna dapat dilakukan dengan usaha
f. Sedikit
lemah gerakan mulut dengan usaha maksimal
4.
Grade IV: disfungsi moderat sampai
berat, dengan karakteristik:
a. Kelemahan
dan asimetris jelas terlihat
b. Simetris
normal saat istirahat
c. Tidak
terdapat gerakan dahi
d. Mata
tidak menutup sempurna
e. Asimetris
mulut dengan usaha maksimal
5.
Grade V: disfungsi berat, dengan
karakterstik:
a. Hanya
sedikit gerakan yang dapat dilakukan
b. Asimetris
juga terdapat saat istirahat
c. Tidak
terdapat gerakan pada dahi
d. Mata
menutup tidak sempurna
e. Gerakan
mulut hanya sedikit
6.
Grade VI: disfungsi (paralisis total),
dengan karakteristik:
a. Asimetris
luas
b. Tidak
ada gerakan
Manifestasi Klinis
Berdasarkan letak lesi:
a. Dapat
terjadi gangguan komplit yang menyebabkan paralysis semua otot ekspresi wajah
(saat menutup kelopak mata, kedua mata melakukan rotasi ke atas (Bell’s
Phenomenon) mata dapat terasa berair karena aliran air mata ke sekat lakrimal
dibantu oleh muskulus orbicularis okuli terganggu)
b. Makanan
yang tersimpan antara gigi dan pipi akibat gangguan gerakan wajah dan air liur
keluar dari sudut mulut
2.
Lesi di kanalis fasialis ( diatas
persimpangan dengan korda timpani tetapi dibawah ganglion genikulatum. Gejala
sama dengan gejala lesi di foramen stylomastiod ditambah hilangnya pengecapan
pada 2/3 anterior lidah pada sisi yang sama.
3.
Lesi disaraf yang menuju m. stapedius
dapat terjadi hiperakusis (sensitivitas nyeri terhadap suara keras.
4.
Lesi pada ganglion genikulatum akan
menimbulkan lakrimasi dan berkurangnya salivasi serta melibatkan saraf ke VIII
Penegakan
Diagnosa
1.
Anamnesis
a. Paralisis
otot fasialis atas dan bawah unilateral dengan onset akut (periode 48 jam)
b. Nyeri
auricular posterior
c. Penurunan
produksi air mata
d. Hiperakusis
e. Gangguan pengecapan
f. Otalgia
2.
Gejala awal
a. Kelumpuhan
muskulus fasialis
b. Tak
mampu menutup mata
c. Nyeri
tajam pada telinga dan mastoid (60%)
d. Perubahan
pengecapan (57%)
e. Hiperakusis
(30%)
f. Kesemutan
pada dagu dan mulut
g. Epiphora
h. Nyeri
ocular
i.
Penglihatan kabur
3.
Onset
Onset
bell’s palsy mendadak dan gejala mencapai puncaknya <48 jam. Gejala yang
mendadak ini membuat pasien khawatir dan menakutkan pasien.
4.
Pemeriksaan Fisik
Pada
kepala, telinga, mata hidung dan mulut.
a. Kelemahan
atau paralisis yang melibatkan saraf fasial (nervus VII), melibatkan wajah satu
sisi (atas ata bawah). Pada lesi UMN (lesi supra nuclear diatas nekleus pons)
1/3 wajah bagian atas tidak mengalami kelumpuhan. M. orbicularis, frontalis,
dan korrugator diinervasi bilateral pada level batang otak, inspeksi awal
pasien memperlihatkan lipatan dasar pada dahi dan lipatan nasolabial pada sisi
kelumpuhan.
b. Pada
saat pasien diminta mengangkat alis, sisi dahi terlihat datar
c. Pasin
juga dapat melaporkan peningkatan salivasi pada sisi yang lumpuh
Jika
paralisis hanya melibatkan wajah bagian bawah = Penyebab supra nuclear
Pasien mengeluh kelumpuhan kontralateral atau diplopia = kelumpuhan fasial supra nuclear, stroke atau lesi intrasereblar
Kelumpuhan bilateral = Sindroma Guillain Barre, penyakit lyme, meningitis
Diagnosa
Banding
a.
Akustik neuroma
d.
Sindroma autoimun
e.
Botulismus
f.
Karsinomatosis
g.
Penyakit carotid dan stroke
h.
Cholesteatoma telinga tengah
i.
Malformasi kongenital
j.
Injeksi ganglion genikulatum
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan
adalah memperbaiki fungsi saraf VII (saraf fasialis) dan menurunkan kerusakan
saraf
Pengobatan Inisial
Pengobatan Inisial
a. Steroid
atau acyclovir (dengan prednisone) mungkin efektif untuk pengobatan bell’s
palsy
b. Steroid
kemungkinan kuat efektif dan meningkatkan perbaikan fungsi saraf jik diberikan
pada onset awal
c. Kortikosteroid
(prednisone) dosis 1 mg/kgBBatau 60 mg/hari selama 6 hari, diikuti penurunan
bertahap total selama 10 hari
d. Antiviral,
asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg ral 5x sehari selama 10 hari. Jika
virus varicella zoster dicuriga, dosis tinggi 800 mg oral 5x sehari.
e. Lindungi
mata
Lubrikasi okukar topical (artificial air
mata pada siang hari) untuk mencegah corneal exposure.